solider.id: Implementasi modul Hastha Laku dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
Solider.id, Surakarta- Komunitas Solo Bersimfoni telah menyusun modul Hastha Laku yang memiliki arti delapan laku utama. Penyusunan modul tersebut berangkat dari latar belakang upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan difabel khususnya bidang pendidikan. Serta keberadaan Kota Solo yang didorong untuk menjadi model kota ramah difabel.
Hastha Laku memiliki delapan prinsip nilai berbudaya dan berkehidupan. Delapan prinsip tersebut adalah Tepa selira (tenggang rasa), lembah manah (rendah hati), andhap asor(berbudi luhur), grapyak semanak (ramah-tamah), gotong-royong, guyub rukun (kerukunan), ewuh pekewuh (saling menghormati)dan pangerten (saling menghargai).
Delapan nilai tersebut diimplementasikan sebagai bentuk dukungan pemenuhan hak pendidikan, dan meningkatkan martabat serta kesejahteraan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Hal tersebut juga diungkapkan Paulina Pannen, Staf Ahli Menteri Bidang Akademik, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) saat seminar bertajuk peningkatan akses dan akseptabilitas bagi difabel di perguruan tinggi pada Kamis, tahun lalu.
Dari sanalah untuk pertama kalinya pertemuan bagi para guru yang mengajar ABK di sekolah inklusi, Guru Pendamping Khusus (GPK), juga pengajar Sekolah Luar Biasa di Pusat Layanan Autis (PLA) Surakarta diadakan di Rumah Dinas Wakil Wali Kota Surakarta, Jumat (21/12).
Didik Prasetyanto perwakilan Solo Bersimfoni menjelaskan, tujuan pertemuan yang akan diadakaan secara rutin ini untuk mendapatkan formulasi dalam pengimplementasian modul Hastha Laku yang telah disusun. Hal ini bertujuan untuk menjaga toleransi dan keberlangsungan perdamian dan keharmonisasian di masyarakat lintas etnis dan agama.
“Kegiatan ini juga sebagai interaksi dalam dan mengekspresikan pandangan para guru, relawan dan pendamping ABK yang bergerak pada inklusivitas pendidikan tentang pentingnya tolerasni keberagaman. Sehingga akan kita temukan cara yang tepat untuk memberikan kesempatan yang setara bagi anak difabel atau ABK,” jelas Didik Prasetyanto.
Hasil yang diharapkan dari diskusi terfokus ini adalah para guru, relawan maupun pendamping ABK mengenal konsep Hastha Laku. Serta dapat berbagi pengalaman, mengumpulkan ide dan gagasan dengan ragam sudut pandang dari para peserta. Ide dan gagasan selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk melakukan kegiatan selanjutnya terkait menghadapi isu-isu intoleransi di kalangan ABK.
Dono, salah seorang peserta mengatakan acara diskusi ini penting untuk menjaga reputasi Solo sebagai kota toleransi dan damai.
“Juga untuk menjaga ABK agar tidak ada lagi perundungan. Upaya mencegah bibit-bibit intoleran, bullying, body shaming, dan sexual harassment bagi ABK,” ujar Dono.
Reporter : Puji Astuti
Editor : Robandi
Link : https://www.solider.id/baca/4985-implementasi-modul-hastha-laku-dalam-pembelajaran-anak-berkebutuhan-khusus