Close

October 2, 2025

Berbagi Praktik Baik Sekolah Adipangastuti: Inovasi, Kolaborasi, dan Transformasi Pendidikan Karakter

Hotel Asia, 25 September 2025 – Sekolah Adipangastuti di bawah naungan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V, VI, dan VII Provinsi Jawa Tengah berkumpul dalam Focus Group Discussion (FGD) Riset Dampak Sekolah Adipangastuti Tahun 2025 untuk berdiskusi dalam mencari bentuk praktik baik Sekolah Adipangastuti. Kegiatan ini merupakan rangkaian riset dan evaluasi serta menjadi ruang refleksi bersama atas implementasi program Sekolah Adipangastuti yang telah berjalan sejak 2019. Dalam kegiatan ini, dipaparkan berbagai capaian, inovasi, tantangan, hingga usulan strategis untuk keberlanjutan program di masa depan.

 

Kegiatan FGD dibuka oleh Direktur Eksekutif Solo Bersimfoni, M. Farid Sunarto, S.Pd., M.Si., Beliau berterima kasih atas partisipasi dari sekolah dan dukungan dari Dinas Pendidikan Jawa Tengah, dalam hal ini melalui Cabang Dinas Wilayah, terkait pelaksanaan Sekolah Adipangastuti di Jawa Tengah. Dalam laporan evaluasi yang dipaparkan oleh Khresna Bayu Sangka, Ph.D., Direktur Riset Solo Bersimfoni, dan Dr. (Cand.) Okta Hadi Nurcahyono, tim riset Solo Bersimfoni, disebutkan bahwa sebanyak 1.941 responden telah memberikan umpan balik terhadap program ini. Salah satu temuan penting adalah tingginya minat siswa terhadap topik P5 seperti kewirausahaan, kearifan lokal, dan nilai-nilai Hasthalaku, meskipun posisi Sekolah Adipangastuti masih berada di urutan ke-8 dalam prioritas persepsi siswa. Hal ini menunjukkan perlunya penguatan komunikasi dan penyelarasan implementasi program dengan minat siswa.

Branding Hasthalaku dan Efektivitas Media Sosial

Salah satu aspek penting yang banyak dibahas adalah branding dan publikasi program melalui media sosial sekolah. Pengalaman dari berbagai sekolah menunjukkan beragam praktik menarik. Di SMAN 6 Surakarta mengusung nilai hasthalaku dalam partisipasi siswa di ajang beauty pageant. Selain itu, branding sekolah menarik kunjungan dari luar daerah seperti SMAN di Balikpapan. Namun, keterlibatan siswa dalam manajemen media sosial masih menjadi tantangan.

SMAN 1 Karanganyar mengungkapkan transformasi besar setelah program Adipangastuti. Sekolah kini memiliki media center dan aktif di Instagram dan TikTok, dengan pelibatan siswa yang mulai ditingkatkan. Inovasi yang sama dilakukan di SMAN 1, 2, dan 3 Sragen dengan program podcast sebagai sarana komunikasi nilai dan identitas sekolah. Hasilnya pun membanggakan, sekolah mendapatkan juara berbagai lomba literasi tingkat provinsi hingga nasional.

SMAN 2 Klaten menambahkan bahwa pelatihan media sosial sangat dibutuhkan agar siswa dapat menghasilkan konten yang konsisten dan berkualitas. Kegiatan literasi seperti pembuatan konten video dan poster sudah berjalan bahkan selama liburan sekolah.

Penggunaan media sosial dinilai positif oleh warga sekolah maupun masyarakat sekitar. SMAN 1 Jatisrono melaporkan bahwa program jurnalistik dan pemanfaatan media sosial memberi dampak signifikan pada keterlibatan siswa. Sementara itu, SMAN 1 Gemolong mencatat bahwa branding Adipangastuti lebih mudah dikenal dibanding Hasthalaku, menunjukkan perlunya penyegaran atau penguatan komunikasi tentang nilai-nilai inti Hasthalaku.

Pengembangan Literasi dan Pembelajaran Proyek

Sesi ini menyoroti keberlanjutan praktik literasi dan pembelajaran berbasis proyek. Seperti di SMAN 1 Wonogiri menjalankan kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dan mading tematik berbasis Hasthalaku, meskipun penerbitan buku mengalami stagnasi. Sedangkan di SMAN 1 Karanganyar memanfaatkan website untuk publikasi hasil literasi siswa, meski masih mencari bentuk evaluasi yang ideal.

SMAN 6 Surakarta menerapkan program Jumat Siti Sekar Mayang, di mana siswa berbagi pengalaman tentang Hasthalaku sebagai bagian dari penguatan literasi personal. SMAN 1 Surakarta, yang sudah menghasilkan 4 (empat) buku selama program Sekolah Adipangastuti, menjalankan program literasi dalam tiga tahap dengan pendekatan kontekstual dan berbasis komunitas. Ini mencakup wawancara lapangan dan refleksi kritis, yang terintegrasi dengan mata pelajaran.

SMAN 3 Sragen membuat program baru yang diberi nama Gamalae, yang bertujuan untuk pembentukan perilaku dan karakter siswa sebagai wujud visi FiveBer. Program ini menggabungkan literasi, tanggung jawab lingkungan, dan kedalaman pembelajaran.

Inovasi Kolaboratif dan Dukungan

Kegiatan kolaboratif di berbagai sekolah menunjukkan bahwa pendidikan karakter tidak bisa berjalan sendiri, tetapi harus didukung semua pihak. Seperti yang sudah dilakukan pada SMAN 2 Boyolali dan SMAN 1 Kartasura yang mengembangkan ketoprak dan mars dalam Bahasa Jawa sebagai bentuk pelestarian budaya. SMAN 1 Mojolaban aktif dengan podcast mingguan, bulletin LIMO, dan kampanye anti-bullying bersama Yayasan Kakak Surakarta.

Kepala SMAN Karangpandan, yang sebelumnya adalah Kepala SMAN 1 Karanganyar, mengadopsi program sekolah sebelumnya seperti membuat taman Hasthalaku, senin literasi-numerasi, serta membangun media center. Dalam diskusi, SMA Muhammadiyah 1 Surakarta menunjukkan bahwa nilai hasthalaku dapat bersinergi dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan di SMAN 1 Sumberlawang berfokus pada pembelajaran mendalam berbasis 7 kebiasaan anak hebat serta pelatihan guru dalam penguatan critical thinking.

Dari sisi kebijakan dan regulasi, Cabang Dinas Wilayah V dan VI menyatakan apresiasi terhadap inovasi yang telah dilakukan oleh sekolah-sekolah. Ke depan, diharapkan program Adipangastuti dapat secara resmi masuk ke dalam struktur kokurikuler sekolah pada tahun 2026. Pertemuan semacam ini dinilai sangat penting sebagai wadah saling belajar dan berbagi antar sekolah.

Menyemai Karakter, Menumbuhkan Harapan

Pertemuan di Hotel Asia ini menegaskan bahwa Program Sekolah Adipangastuti tidak hanya tentang serangkaian kegiatan, tetapi tentang pembentukan karakter yang kontekstual, kolaboratif, dan berkelanjutan. Dari pengembangan media sosial, literasi, seni budaya, hingga kolaborasi lintas stakeholder, Sekolah Adipangastuti di Jawa Tengah telah menunjukkan bahwa pendidikan karakter bisa menjadi jiwa dari proses pembelajaran.

Tantangan tentu masih ada seperti konsistensi pelaksanaan, pengelolaan SDM, evaluasi program, hingga kebutuhan pelatihan lanjutan. Namun dengan semangat berbagi praktik baik dan saling menguatkan, Program Sekolah Adipangastuti diyakini akan terus tumbuh sebagai fondasi pendidikan masa depan yang lebih manusiawi, berbudaya, dan bermakna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *