Close

September 12, 2021

Bhinneka Bertaut: Versi Anak Muda Solo

Jumat, 10 September 2021 telah dilaksanakan kegiatan virtual Bhinneka Bertaut: Versi Anak Muda Solo. Kegiatan ini diinisiasi oleh Kantor Berita Radio, KBR, bekerja sama dengan Solo Radio dan didukung oleh Solo Bersimfoni. Selama satu jam tiga puluh menit, tiga narasumber bercerita mengenai bagaimana dan mengapa anak muda harus terlibat dalam keberagaman, tidak sekadar dipajang saja.

Tiga narasumber yaitu Amalia Suri, Program Direktor Emancipate Indonesia, Marshela Kristian Sari dari PeaceGen Solo dan Tia Brizantiana, Program Officer Solo Bersimfoni. Mereka memberikan insight bagaimana anak muda harus terlibat aktif menebarkan dan mengajarkan aksi-aksi keberagaman. Apalagi sekarang ini di Indonesia sedang terjadi bonus demografi di mana Generasi Z berjumlah 30% dan Generasi Milenial lebih dari itu. “Sudah seharusnya anak muda mengambil peran sebagai meaningfull youth participation dalam setiap kegiatan”, kata Amalia. Isu-isu kepemudaan juga lebih menarik jika digaungkan oleh anak muda sendiri, selain itu anak muda juga bisa menjadi jembatan lintas sektor.

Ada dua peran pemuda dalam keberagaman, yaitu menjadi jembatan dan mengisi peran. Anak muda memang belum memiliki pengalaman lebih banyak dibandingkan generasi sebelumnya, namun yang menarik dari anak muda adalah kreatifitasnya yang tanpa batas sehingga mereka perlu diberi ruang untuk berkreatifitas dan menggali ide. “Jika memang ruangnya terbatas maka anak muda harus membuat ruangnya sendiri, mulai dari lingkup kecil itu sudah sangat bagus untuk memulai” kata Tia.

Perbedaan pola komunikasi antara generasi muda dengan generasi sebelumnya juga menjadi salah satu tantangan. Akan ada kesalah pahaman jika hal ini tidak segera dicari solusinya. “Intinya sabar, sebagai anak muda harus bisa memberi pemahaman kepada yang lebih tua bahwa ada cara lain yang kemungkinan belum mereka pahami.” lanjut Amalia. “Anak muda itu perlu diberi kepercayaan dan apresiasi akan karya mereka.” tambah Tia.

 

Perdamaian Itu Diciptakan

Perdamaian itu apa? Menurut KBBI, perdamaian adalah keadaan tanpa perselisihan. Hal ini sangat rentan terjadi pada kondisi sosial yang beragam. Namun demikian, keadaan damai membutuhkan usaha bersama tidak hanya satu orang saja. “Perdamaian itu diciptakan”, kata Marshela.

PeaceGen Solo dan Solo Bersimfoni mempunyai target dan tujuan yang sama namun caranya yang berbeda untuk menciptakan perdamaian. PeaceGen menggunakan cara yang disebut “12 Nilai Perdamaian” yaitu menerima diri sendiri, menghapus prasangka, keragaman etnik, perbedaan agama, perbedaan gender, perbedaan status sosial, perbedaan kelompok, merayakan keberagaman, memahami konflik, menolak kekerasan, mengakui kesalahan dan memaafkan. Sedangkan Solo Bersimfoni menggunakan pendekatan kearifan lokal yang disebut Hasthalaku yaitu grapyak semanak, guyub rukun, gotong royong, lembah manah, ewuh pekewuh, pangerten, andhap asor dan tepa selira.

Dua cara pendekatan ini juga mempunyai arti yang berhubungan. Apalagi dengan lokasi yang sama yaitu Solo, Solo Bersimfoni dan PeaceGen Solo sering melakukan kegiatan bersama. Anggota PeaceGen Solo pernah mengikuti Training of Trainers (ToT) yang dilakukan oleh Solo Bersimfoni dan menjadi Sahabat Simfoni-relawan Solo Bersimfoni. Sahabat Simfoni pun pernah belajar mengenai “12 Nilai Perdamaian” oleh kakak-kakak PeaceGen Solo.

Hal-hal yang terkesan berat dan rumit seperti pencegahan ekstremisme dan radikalisme untuk menciptakan perdamaian bisa dikemas dengan sederhana dan menarik oleh anak muda. Seperti hasthalaku yang terkesan kuno jika dikemas secara menarik di media sosial dan dihubungkan dengan isu terkini yang sedang hangat tentu saja akan mendapatkan perhatian dari anak muda sehingga secara organik mereka akan menyebarkan hal tersebut pada akun media sosialnya.

Anak muda merupakan kunci dalam mengkampanyekan keberagaman dan nilai perdamaian. Jangan menjadi sebatas judul atau pajangan dalam kampanye keberagaman dan perdamaian. Anak muda sangat mungkin untuk membuat program sendiri, memulai kampanyenya sendiri dan menyebarkan keberagaman serta nilai perdamaian dengan cara mereka agar didengar oleh kalangan mereka juga.

“Kita sering diajarkan pintar menjawab tetapi jarang diajarkan untuk pintar bertanya.” – Amalia Suri (Program Direktur Emancipate Indonesia, Network Coordinator SDSN Youth 2020-2021, Peneliti Imparsial)

 

Penulis : Tia Brizantiana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *