Menjadi Pelapor dan Pelopor Anti-Bullying
Di sebuah kota kecil di pesisir Jawa Tengah berdiri sebuah sekolah menengah atas, sebut saja SMAN 2 Rembang. SMAN 2 Rembang atau yang biasa dijuluki dengan nama SMADA dikenal bukan hanya karena prestasi akademiknya, tetapi juga karena reputasinya sebagai sekolah yang menjunjung tinggi integritas. Dengan bangunan modern nan sederhana yang dikelilingi pepohonan rindang, sekolah ini selalu tampak asri dan sejuk. Setiap pagi, siswa-siswi berjalan masuk dengan rapi, menyapa satu sama lain dan para guru dengan senyuman tulusnya, mencerminkan budaya saling menghormati yang sudah mendarah daging di lingkungan sekolah.
Di kelas XI-2 smada, terdapat satu siswa yang selalu menjadi pusat perhatian. Ia adalah Kanaya Yudistia. Teman-teman disekolah memanggilnya Naya. Setiap hari, Naya datang ke sekolah dengan barang-barang dari merk terkenal, tas mahal, dan aksesoris yang selalu menarik perhatian. Ia selalu terlihat rapi dan glamor, seolah-olah setiap hari adalah kesempatan untuk menunjukkan betapa banyaknya barang-barang mahal yang ia miliki.
Teman-temannya sering memperhatikan Naya dari jauh, kagum dan sedikit iri dengan penampilannya yang selalu sempurna. Saat istirahat, Naya sering bercerita tentang barang-barang barunya. “Aku baru pulang dari Jakarta, beli tas ini langsung dari butik aslinya,” katanya sambil menunjukkan tas bermerek yang berkilauan. Teman-temannya mendengarkan dengan penuh minat, meskipun beberapa dari mereka merasa Naya terlalu berlebihan dalam memamerkan kekayaannya.
Selain penampilannya, Naya juga suka memamerkan gaya hidup mewahnya melalui media sosial. Setiap akhir pekan, ia mengunggah foto-foto di restoran mahal, hotel berbintang, atau perjalanan ke luar negeri. Foto-fotonya selalu dipenuhi dengan pujian dan komentar dari teman- temannya, yang semakin memperkuat citra Naya sebagai anak dari keluarga kaya raya.
Suatu hari, saat pulang sekolah, salah satu teman dekatnya Naya tidak sengaja melihatnya turun dari angkutan umum di sebuah gang kecil. Rasa penasaran membuat Teman dekatnya mengikuti Naya dari kejauhan. Ia kaget ketika melihat Naya masuk ke sebuah rumah yang tampak sederhana dan jauh dari kesan mewah yang selama ini ditampilkan.
Setelah diselidiki oleh beberapa temannya, Naya ternyata menyimpan rapat sebuah rahasia. Keluarga Naya sebenarnya hidup pas-pasan. Orang tua Naya bekerja keras hanya untuk mencukupi kebutuhan dasar. Barang-barang mewah yang sering Naya pamerkan adalah hasil dari meminjam, membeli tiruan, atau terkadang hanya sekadar cerita yang dilebih-lebihkan.
Kabar tentang Naya yang berpura-pura kaya menyebar dengan cepat. Anak-anak di sekolah mulai menertawakan Naya dan menyebutnya “Gaya elit ekonomi sulit.” Setiap hari dia mengalami ejekan dan olok-olok dari teman-temannya. “Eh, Naya! Sepatu mahalnya mana? Kok kamu naik angkot?” ujar salah satu anak dengan nada mengejek. Di kelas, Naya mulai merasa terasing. Teman-temannya menjauhinya. “Eh, Naya, jam tangan kamu berapa sih harganya? Kayaknya lebih murah dari jajan kita sehari-hari,” kata seorang anak sambil tertawa. Naya merasa malu dan tersinggung.
Meski sulit, Naya memutuskan untuk menghadapi situasi tersebut dengan keberanian. Ia berdiri di depan teman-temannya dan mengatakan, “Aku minta maaf karena telah berpura-pura selama ini. Aku hanya ingin diterima, tapi aku sadar ini bukan cara yang benar.” Setelah pengakuan, teman-teman Naya malah menjauhinya dan semakin mengolok-olok.
Awal Mula Gerakan “Pelapor dan Pelopor Anti-Bullying”
Kaila, sebagai salah satu siswa di SMADA, awalnya hanya menonton. Kaila tahu apa yang terjadi, tapi ia merasa takut untuk bertindak. Hingga suatu hari, ketika Kaila melihat Naya menangis di sudut lapangan karena diejek habis-habisan, ia merasa harus melakukan sesuatu. Kaila tidak bisa hanya menjadi penonton lagi.
Setelah kejadian itu, Kaila memberanikan diri untuk melaporkan kejadian bullying tersebut kepada guru bimbingan dan konseling. Kaila menceritakan semua yang telah terjadi pada Naya, bagaimana dia diperlakukan tidak adil oleh sekelompok siswa. Guru BK mendengarkan dengan serius dan berjanji akan mengambil tindakan tegas.
Tak hanya itu, Kaila memutuskan untuk menjadi pelopor gerakan anti-bullying di sekolah. Kaila mengajak teman-teman yang peduli untuk membentuk kelompok yang memberikan dukungan kepada Naya dan anak-anak lain yang mungkin menjadi korban. Kaila mulai mensosialisasikam dan menyebarkan pesan tentang pentingnya menghormati satu sama lain, mengadakan diskusi, dan konselor sebaya di SMADA.
Apasih “Pelapor dan Pelopor anti-Bullying” itu?
Pelapor Anti-bullying adalah seseorang berperan aktif dalam melaporkan atau menginformasikan tindakan bullying yang mereka saksikan atau ketahui. Sedangkan, Pelopor anti- bullying adalah seseorang atau kelompok yang menjadi penggerak atau inisiator dalam upaya melawan bullying. Mereka mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegah, mengatasi, dan menyadarkan masyarakat tentang dampak negatif bullying. Sebagai pelopor, mereka sering memimpin gerakan atau kampanye untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman, inklusif, dan bebas dari tindakan perundungan.
Peran “Pelapor dan Pelopor Anti-Bullying”
Peran Pelapor Anti-Bullying adalah melaporkan seseorang yang melakukan tindakan bullying kepada pihak berwenang dengan tujuan menghentikan atau mencegah kejadian tersebut. Pelapor bertindak sebagai saksi yang berani angkat suara untuk melindungi korban dan memastikan masalah ini ditangani dengan serius. Contoh peran pelapor anti-bullying: siswa yang melaporkan kejadian bullying kepada guru atau konselor di sekolah. Jadi, pelapor anti-bullying berperan dalam mendeteksi dan melaporkan kasus-kasus bullying.
Peran Pelopor anti-Bullying adalah menggerakkan dan memulai upaya melawan bullying secara proaktif. Mereka memimpin kampanye, kegiatan, atau gerakan yang bertujuan untuk mencegah bullying dan menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif. Pelopor anti-bullying berperan sebagai agen perubahan yang menginspirasi orang lain untuk melawan bullying. Contoh peran pelopor anti-bullying: organisasi yang merancang program anti-bullying dan memberikan pelatihan untuk guru atau siswa tentang cara mencegah perundungan. Jadi, pelopor anti-bullying berperan sebagai penggerak utama dalam upaya menciptakan perubahan positif dan pencegahan bullying.
Dampak “Menjadi Pelapor dan Pelopor Anti-Bullying”
Dengan gerakan pelapor dan pelopor anti-bullying berarti SMADA telah menerapkan prinsip “Hasthalaku” yaitu Guyub Rukun. Prinsip guyub rukun menekankan pada keharmonisan, kebersamaan, dan sikap saling menghormati dalam kelompok atau masyarakat. Upaya anti- bullying bertujuan untuk mencegah tindakan yang merusak hubungan sosial, seperti intimidasi atau pelecehan, serta mempromosikan lingkungan yang aman, damai, dan penuh dukungan. Dengan mendorong perilaku anti-bullying, SMADA berkontribusi pada terciptanya keharmonisan dan solidaritas dalam komunitas, yang sejalan dengan nilai guyub rukun.
Dengan adanya gerakan ini, kasus bullying di SMADA berkurang drastis, dan suasana di sekolah menjadi lebih hangat dan saling mendukung. Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa penerapan tindakan pelapor dan pelopor bullying secara signifikan mengurangi jumlah kasus bullying dari waktu ke waktu. Jika sebelum adanya tindakan 0,5% dari 396 siswa terlibat dalam kasus bullying. Dengan penerapan tindakan pelapor dan pelopor bullying, terlihat bahwa jumlah kasus bullying mengalami penurunan yang signifikan, dari sekitar 2 kasus menjadi 0 dalam tiga bulan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan ini efektif dalam menekan tindakan bullying di SMADA. Banyak siswa yang sebelumnya diam, kini mulai berani angkat bicara dan menjadi pelapor bullying. Lebih dari itu, gerakan anti-bullying telah membentuk budaya baru di SMADA seperti budaya empati, saling menghargai, dan keberanian untuk menegakkan kebenaran.
Kisah Kaila menginspirasi banyak orang bahwa usia bukanlah penghalang untuk melakukan perubahan. Dengan hati yang penuh keberanian, ia memulai gerakan yang kini memberikan dampak besar pada sekolahnya dan lingkungannya. Kaila telah membuktikan bahwa kita semua bisa menjadi pelapor dan pelopor anti-bullying. Melalui aksi nyata, ia telah membantu menciptakan dunia yang lebih aman dan penuh kasih, di mana setiap orang merasa dihargai. Kaila bukan hanya anak biasa, ia adalah pahlawan muda yang telah menginspirasi banyak orang untuk berani melawan ketidakadilan dan menciptakan perubahan positif.
Hentikan kekerasan, sebarkan kebaikan Anti bullying, ciptakan kedamaian!
Ditulis oleh : Sefi Oktavia – SMAN 2 REMBANG