Dukungan Pemprov Jateng dalam Implementasi Sekolah Adipangastuti
Rabu, 4 Januari 2023 telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangkaian penyusunan Modul Panduan Kurikulum P5 Berbasis Projek Sekolah Adipangastuti di Olifant Resto, Semarang. Dalam kegiatan ini hadir Kabid Pembinaan SMA Disdikbud Provinsi Jateng, Bapak Syamsudin Isnaini, S.STP., SH., Tim Pengembang Kurikulum Disdik Jateng yang juga Kepala SMAN 1 Semarang, Dr Kusno, M.Pd., Analis Ahli Madya Biro Kesra Provinsi Jateng, Ibu Woro Boedi Sayekti, SH, MM., serta Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Jateng.
Dalam kegiatan FGD ini Bapak Arief Rahmawan, M.Pd., Wakil Kepala Kesiswaan SMAN 1 Gemolong, yang merupakan salah satu tim penyusun modul panduan menjadi narasumber dalam menjelaskan draf modul panduan yang telah disusun. Beliau menerangkan bahwa modul yang disusun ada dua, yaitu modul bagi guru dan siswa. Dalam modul dimasukkan dimensi Pancasila dengan menggunakan topik yang disesuaikan dengan dimensi kearifan lokal dan Bhineka Tunggal Ika yang sesuai dengan hasil Rancangan Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah Pada Terorisme (RAN PE). “Modul berisikan narasi-narasi kontra yang menyenangan kemudian di akhir akan ada projek kolaborasi oleh siswa dengan tujuan menyesuaikan tujuan RAN PE di pendidikan”, jelas Pak Arief.
Pak Syamsudin dalam tanggapannya menyatakan bahwa Dinas Pendidikan secara penuh mendukung program yang akan dilakukan oleh Solo Bersimfoni. “Tim Pengembangan Kurikulum dari dinas akan ikut mendampingi dalam penyusunan modul ini agar modul yang dihasilkan lebih mudah diterapkan di sekolah”, lanjutnya. Selain itu akan dilakukan sinergi antara Dinas Pendidikan, Bappeda dan Kesbangpol serta memungkinkan dilaksanakannya kolaborasi dengan Biro Kesra dalam implementasi Sekolah Adipangastuti tahun 2023 di Provinsi Jawa Tengah setelah modul panduan pengembangan P5 kurikulum berbasis projek ini selesai disusun. Harapannya dengan adanya dukungan dari dinas, maka guru-guru SMA di Jawa Tengah akan mendapatkan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan.
Tim pengembang kurikulum Disdik Provinsi Jateng, Bapak Kusno, selain memastikan modul panduan kurikulum dapat diterapkan dengan baik juga siap membantu dalam mensosialisasikan penerapam Sekolah Adipangastuti. Tinjauan dari modul tersebut dinilai menjadi pemantik di tingkat sekolah untuk melaksanakan program secara soft tapi berhasil sesuai sasaran. “Usia remaja kini perlu membicarakan tentang toleransi yang tidak perlu dibenturkan dengan substansi agama, sehingga agar menarik perlu menggunakan nilai-nilai kearifan lokal”, ungkapnya. Masukan dari Bapak Kusno, dalam pengenalan awal modul diperlukan narasi tentang hasthalaku. Seperti mengambil dalam P5 yaitu tema Bangunlah Jiwa dan Raga dengan mengemukakan aspek intoleransi, radikalisme, NAPZA, Kekerasan Seksual, dan lainnya dengan penggunaan narasi yang diperhalus. Selain itu, moderasi beragama diterjemahkan menjadi sebuah aktivitas kegiatan.
Biro Kesra Provinsi Jateng juga mendukung penyusunan modul panduan ini. Masukan dari Ibu Woro bahwa diperlukan penambahan dimensi dalam ranah kepemudaan dan kebudayaan. “Pendekatan yang kami lakukan melalui unsur kebudayaan”, lanjutnya. Pak Budi Martono, SH, MM, Analis Ahli Muda Biro Kesra provinsi Jateng, mengatakan bahwa isu radikalisme dan nasionalisme juga dapat dilakukan secara online melalui kampanye di media sosial agar sesuai dengan sasaran yaitu anak muda.
Bapak Ardian dari Bidang Perlindungan Anak DP3AP2KB Provinsi Jateng mengatakan dukungannya, “Saya senang dengan adanya modul panduan ini, karena sasaran dalam pencegahan terorisme selama ini adalah orang dewasa, sedangkan modul ini sasarannya adalah anak-anak hingga remaja”. Selain pencegahan, stigmatisasi untuk anak-anak dari keluarga teorisme juga perlu menjadi salah satu poin untuk menghindari tindakan bullying. Perlu dilakukan elaborasi antara berbagai pihak untuk menciptakan sekolah yang aman dan damai. “Bisa dilakukan pemilihan agen perubahan dari siswa, karena mereka adalah influencer yang masif terutama di media sosial”, ungkapnya. Ibu Nichola Ester dari Bidang Pemberdayaan Perempuan DP3AP2KB Provinsi Jateng mengatakan bahwa untuk modul panduan yang disusun dibuat interaktif seperti menggunakan permainan online yang berisi pengetahuan serta dibuat aktivitas dengan tujuan agar anak tertarik. “Penjelasan mengenai mengenal kesetaraan gender dan adanya kepercayaan seperti penghayat perlu dimasukkan untuk meminimalisir perilaku bullying”, lanjutnya.
Dalam kegiatan ini kemudian dirumuskan bahwa dimensi yang akan dimasukkan yang semula ada dua menjadi tiga, yaitu Kearifan Lokal, Bhineka Tunggal Ika dan Bangunlah Jiwa dan Raga. Harapannya dengan menambahkan satu dimensi yaitu Bangunlah Jiwa dan Raganya dapat meningkatkan rasa nasionalisme siswa yang kemudian mencegah terjadinya tindakan radikalisme.
Penulis: Tia Brizantiana-Program Officer